Ritme Beriklan di TV Selama Pandemi, Pernah Surut Hingga Bangkit di Mei

Posted on 05 Agustus 2020

Sebuah riset dilakukan oleh Nielsen menunjukkan jika virus Corona yang mewabah di Indonesia tak membuat belanja iklan menurun.

Justru sebaliknya, daya beli iklan di Indonesia memperlihatkan pergerakan positif, terutama untuk TV.

Berdasarkan penelitian tersebut, terjadi ritme belanja iklan yang berbeda sepanjang Januari sampai Mei 2020.

Pada Januari sampai Maret misalnya, belanja iklan baik di TV maupun di media lainnya tergolong sangat bagus.

Padahal saat itu isu virus Corona tengah marak, meski belum sampai ke Indonesia.

Sayangnya terjadi penurunan tren pada bulan selanjutnya semenjak Covid-19 mulai mewabah di Indonesia.

April, belanja iklan mulai melemah terutama di TV.

Tak lama berselang, pada Mei 2020 belanja iklan kembali menguat dan justru semakin bagus.

Menurut Direktur Eksekutif Bisnis Media Nielsen Indonesia Hellen Katherina, kenaikan disebabkan karena mulai memasuki Ramadan. 

“Memasuki Ramadan mungkin agak sedikit naik karena didorong brand musiman pada masa Ramadan. Harapan kami setelah lebaran dan pemerintah melonggarkan PSBB, aktivitas kembali normal. Kami  berharap pengiklan tidak melakukan pemotongan anggaran secara besar-besaran,” jelasnya dikutip dari Republika, Rabu (13/05/2020).

Tentu tren belanja iklan di TV ini dipicu kebiasaan konsumen yang turut berubah ketika masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan perintah work from home.

Layanan online, seperti komunikasi dan e-commerce justru memanfaatkan kesempatan ini untuk beriklan lebih banyak.

Riset Nielsen menemukan jika ada pergeseran perilaku konsumen dalam memenuhi kebutuhan selama WFH.

Tak heran jika merek ternama seperti Telkomsel dan Tokopedia berupaya masuk memanfaatkan kesempatan ini.

Kedua merek besar ini melihat potensi peningkatan penggunaan internet dan belanja online selama masa karantina.

Selain itu, masih ada 8 kategori pengiklan lainnya yang turut menggelontorkan anggaran hingga 20% lebih untuk memasarkan merek mereka di berbagai platform.

Sebut saja perawatan rambut, vitamin, suplemen, makanan instan, kopi, susu, hingga perlengkapan medis.

Kategori lainnya seperti politik dan organisasi pemerintah justru menaruh anggaran lebih banyak lagi untuk beriklan, terutama di media digital.

Sangat terlihat jelas bukan? 

Meski masyarakat banyak yang bekerja dari rumah, namun perilaku belanja mereka pun ikut berubah.

Tidak salah jika pengiklan mengambil potensi ini untuk mempromosikan merek mereka.

Dengan beriklan, mereka akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen.

Kuncinya dengan tetap mempertajam kreativitas.


Related Posts